Selasa, 27 November 2012

Maksiat Go Away!


Dampak Dosa dan Maksiat

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Q.S. Ali 'Imraan ayat 102)

Setiap kita tentunya menginginkan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik tersebut akan kita dapat jika kehidupan kita dinaungi keridhaan Allah subhanahu wa ta'ala. Kehidupan yang baik didasari ketakwaan kepada Allah.

Untuk mendapatkan kehidupan yang diridhai Allah subhanahu wa ta'ala perlu usaha dan perjuangan. Karena tidak sedikit godaan, baik dari dalam diri maupun dari luar yang bisa memalingkan kita dari upaya menggapai ridha Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak sedikit sarana-sarana yang bisa menggelincirkan kita berbuat dosa dan maksiat. Dosa dan maksiat adalah sumber kesengsaraan hidup. Dosa dan maksiat menjauhkan seseorang dari hidup penuh kebaikan dan kebahagiaan. Maka agar kita bisa terhindar dari maksiat dan dosa, mari kita telusuri dampak dari kedua hal tersebut.
Dampak dari perbuatan dosa dan maksiat: 

pertama rasa gundah dan gelisah. Dampak ini menurut ‘Aidh Al-Qarni seorang Ulama Islam terkemuka merupakan dampak yang paling menonjol. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

Dan Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.  Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan  aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?". Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan." (Q.S. Taahaa ayat 124-126).

Rasa gelisah menandakan hilangnya ketenangan jiwa. Kekayaan yang melimpah dan kekuasaan yang luas tanpa ketenangan jiwa tidak ada artinya. Rasa gelisah bisa menghancurkan kenikmatan-kenikmatan kasat mata.

Kedua, diantara dampak dosa dan maksiat adalah terhalangnya rizki. Para Ulama membagi dampak ini kepada dua bentuk, pertama terhalangnya turunnya rizki itu sendiri, kedua terhalangnya keberkahan dari rizki yang turun. Perbuatan maksiat dan dosa bisa membuat seseorang menjadi miskin dan berada dalam kesengsaraan. Dan bisa menyebabkan tercabutnya keberkahan dari rizki yang ada, meskipun rizki datang namun tidak ada keberkahan di dalamnya.
Benarlah apa yang diungkapkan oleh Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibnu Abbas radiallahu 'anhu: Bahwa kebaikan itu memberikan kecerahan pada wajah dan cahaya di hati, kelapangan rizki, mahabbah (kecintaan) pada hati makhluk. Dan kemaksiatan itu menyebabkan warna hitam (kegelapan) pada wajah dan hati, kesempitan rizki dan kemarahan di hati makhluk.

Ketiga, maksiat dan dosa bisa menyebabkan lupa. Dikisahkan oleh Imam Ibnu Taimiyah bahwa seorang fulan berkata bahwa: Ia pernah melihat sesuatu yang haram, sehingga ada orang saleh yang menegurnya, apakah engkau tadi melihat sesuatu yang haram (dilihat)?, sungguh engkau akan merasakan dampaknya meskipun nanti pada waktu yang akan datang, kata orang saleh. Maka hafalan Al-Qur’an akupun hilang ketika aku berumur lebih dari empat puluh tahun.
Imam Syafi’i pernah mengadu kepada guru beliau Imam Waki’ lantaran lemahnya hafalan. Maka Imam Waki’ berwasiat agar muridnya itu meninggalkan maksiat. Maka ketika Imam Waki’ ditanya tentang resep yang paling jitu untuk menguatkan hafalan beliau menjawab dengan: Demi Allah aku tidak mendapatkan resep yang paling ampuh untuk hafalan dibanding meninggalkan maksiat.
Dampak yang keempat adalah timbulnya rasa marah pada hati makhluk. Cinta dan murka yang ada pada diri makhluk pada dasarnya datang dari Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu kita bisa memahami hadits dalam kitab Shahih Bukhari: Apabila Allah subhanahu wa ta'ala cinta terhadap seorang hamba, ia akan berkata kepada Jibril “Aku mencintai fulan”, maka Jibrilpun ikut mencintainya. Maka Jibril menyampaikan kepada penduduk langit bahwa Allah subhanahu wa ta'ala cinta kepada fulan maka cintailah ia, maka mereka mencintai fulan tersebut, kemudian ditetapkan baginya rasa penerimaan di Bumi. Dan apabila Allah subhanahu wa ta'ala murka kepada seorang fulan maka ia akan berkata kepada Jibril bahwa ia murka terhadap seorang fulan, maka Jibrilpun murka terhadapnya dan ia menyampaikan kepada Malaikat bahwa Allah subhanahu wa ta'ala murka terhadap fulan maka merekapun murka kepadanya, kemudian ditetapkan kemurkaan baginya di Bumi.

Selanjutnya, dampak yang kelima dari melakukan maksiat dan dosa adalah rasa keterasingan dan kesenjangan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Keterasingan ini menghilangkan kenikmatan dan kebahagiaan dalam hidup. Harta dan anak tidak lagi menjadi nikmat. Kemapanan materi tidak bisa mengalahkan besarnya derita yang ditimbulkan karena rasa keterasingan dari Allah subhanahu wa ta'ala tersebut. Rasa keterasingan ini memiliki beberapa dampak diantaranya:
  1. Hilangnya rasa percaya terhadap janji Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak yakin terhadap balasan kebaikan, surga, dan seterusnya. Ayat-ayat kabar gembira Al-Qur'an itu hanya berlalu tanpa membekas sedikitpun dalam dirinya karena memang ia tidak yakin dengan ayat-ayat tersebut.
  2. Tidak bisa husnuzhan terhadap Allah subhanahu wa ta'ala.
  3. Tidak mau menuduh dirinya bersalah karena memang seakan hubungannya sudah terputus dari Allah subhanahu wa ta'ala. Firman-firman Allah subhanahu wa ta'ala tidak membuatnya terpengaruh apalagi untuk introspeksi diri.  Dan ini adalah diantara tanda munafik. Imam Hasan basri berkata: “Tidak takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala kecuali orang mukmin, dan tidak merasa aman dari siksa Allah subhanahu wa ta'ala kecuali orang munafik”
Dampak yang keenam adalah umur yang berlalu sia-sia. Waktu yang sudah berlalu tidak bisa kembali dan tergantikan. Sayang sekali jika kehidupan di dunia yang berlalu begitu cepat ini diisi dengan kemaksiatan dan dosa.

Pada hari ketika mereka melihat hari kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal  (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (Q.S. An-Naazi’aat ayat 46)

Batapa merugi orang yang mengisi waktu dan umurnya di dunia ini dengan dosa dan maksiat. Padahal dunia adalah tempat dimana Muslim mengumpulkan bekal untuk menuju Akhirat.
Dampak yang selanjutnya adalah adzab di Akhirat. Siksaan di Ahirat sangat pedih. Siapa yang ingin dibebaskan dari Neraka maka hendaknya ia meninggalkan jauh-jauh kemaksiatan dan dosa. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh, Engkau telah menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim. (Q.S. Ali 'Imraan ayat 192).
Dan siapa yang selamat dari Neraka maka sungguh ia telah beruntung. Allah subhanahu wa ta' ala berfirman:
 
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Q.S. Ali 'Imraan ayat 185)

Asalamualaikum?


Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
 “Dahulu Allah mencipta Adam ‘alaihissalam yang tingginya enam puluh hasta kemudian berfirman, “Pergilah kamu dan berilah salam kepada mereka para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka menjawab salam penghormatan kepadamu dan juga salam penghormatan dari anak keturunanmu”. Maka Adam menyampaikan salam, “Assalaamu ‘alaikum” (kesalamatan atas kalian). Mereka menjawab, “Assalaamu ‘alaika wa rahmatullah,” (kesalamatan dan rahmat Allah atasmu) mereka menambahkan kalimat ‘wa rahmatullah’. Nanti setiap orang yang masuk surga bentuknya seperti Adam 'alaihissalam dan manusia terus saja berkurang (tingginya) sampai sekarang”. (H.R. Al-Bukhari no. 3079, 5759 dan Muslim no. 6227)
Dari Imran bin Al-Hushain radhiallahu 'anhu dia berkata:
 “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan, “Assalamu 'alaikum” Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sepuluh pahala.” Setelah itu ada orang lain yang datang dan mengucapkan salam, “Assalamu 'alaikum warahmatullah” Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk, maka beliau bersabda: “Dua puluh pahala.” Setelah itu ada lagi orang yang datang dan mengucapakan salam, “Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh” beliau membalas salam orang tersebut kemudian orang itu duduk. Beliau lalu bersabda: “Tiga puluh pahala.” (H.R. Abu Daud no. 5195, At-Tirmizi no. 2689, dan Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (5/11)

7 Golongan


7 Golongan yang Dinaungi Allah pada Hari Kiamat
Hari kiamat merupakan hari yang sangat dahsyat dan genting, dimana seluruh makhluk akan dikumpulkan untuk diminta pertanggung jawabannya atas amal perbuatan yang pernah ia kerjakan selama di dunia. Pada hari itu matahari akan didekatkan sehingga manusia akan tenggelam dalam cucuran peluh mereka masing-masing sesuai dengan baik dan buruknya amal perbuatan mereka. Namun pada hari yang teramat panas tersebut, Allah subhanahu wa ta'ala telah berjanji akan menaungi tujuh golongan dari hamba-hamba pilihan-Nya. Mereka inilah yang telah disebut oleh Rasulullah dalam sabdanya: Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari ketika tidak ada tempat berteduh kecuali dibawah naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seorang lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah-mereka berjumpa dan berpisah karena Allah, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita bangsawan nan jelita namun ia mengelaknya dan berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah kemudian ia merahasiakannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfaqkan oleh tangan kanannya, dan seorang lelaki yang berzikir dalam kesunyian lantas berlinang air matanya. (H.R. Bukhari: 660 dan Muslim: 1031)
1.         Imam yang adil
Maksudnya adalah pemimpin (negara) yang adil. Di zaman nabi yang dikatakan imam adalah khalifah. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional. Berlaku adil bagi seorang khalifah adalah suatu keniscayaan. 
 2.        Anak muda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala
Masa muda adalah masa keemasan bagi seseorang. Umumnya anak muda memiliki kecenderungan untuk mengetahui banyak hal.
Allah subhanahu wa ta'ala mengabadikan dalam al-Qur’an kisah pemuda yang sukses (Ashabul Kahfi), demikian pula sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang kebanyakan masih muda dan berjiwa muda.
3.         Seseorang yang hatinya selalu tertambat pada masjid-masjid.
Seseorang baik tua maupun muda yang hatinya selalu tertambat pada masjid, selalu sholat berjamaah di masjid dan memakmurkan masjid.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah uzur untuk sholat di Masjid kecuali dalam keadaan sakit. Bahkan dalam keadaan sakitpun beliau pernah minta dipapah ke Mesjid.
Kata Ibnu Masud: “Kalau kalian meninggalkan sholat berjamaah di masjid maka kalian meninggalkan sunnah Nabi. Kalau kalian meninggalkan sunnah Nabi, maka kalian akan binasa.” (H.R. Muslim, keterangan Imam Nawawi dalam Riyadhussholihin)
4.         Dua orang yang saling mencintai karena Allah subhanahu wa ta'ala, berkumpul             karena Allah subhanahu wa ta'ala dan berpisah karena Allah subhanahu wa ta'ala
Saling mencintai karena Iman. Suka berkumpul dengan seseorang karena orang itu baik dan suka mengerjakan perintah Allah subhanahu wa ta'ala, suka berjihad, suka bersedekah, suka menuntut ilmu, dan lain-lain. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Agama seseorang itu menurut agama temannya. Merasa dekat dan cinta bukan karena harta, kesukuan, dan sebagainya, tetapi karena iman.
Dalam satu riwayat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Allah telah mengutus  malaikat kepada seorang lelaki yang sedang dalam perjalanan untuk menziarahi saudaranya kerana Allah”. Lalu malaikat bertanya: “Anda mau kemana?” Dijawab: “Aku mau mengunjungi saudaraku” Tanya malaikat lagi: "Untuk apa?” Lelaki itu menjawab: "Bukan untuk apa-apa” Ditanya lagi: “Apa ada hubungan kekeluargaan dengan kamu?” Lalu dijawab oleh lelaki itu: ”Tidak ada sama sekali” Ditanya lagi: ”Apa kebaikan yang pernah ia lakukan kepada kamu?” Dijawab: ”Tidak ada” Ditanya lagi: ”Kalau begitu apa tujuanmu mengunjunginya?” Lelaki itu menjawab: ”Aku mencintainya kerana Allah” Berkata malaikat: sesungguhnya Allah telah mengutusku kepadamu untuk memberitahu bahwa karena kecintaanmu kepadanya maka Allah  telah mengizinkan kamu memasuki surga-Nya.” (H.R. Muslim)
5.         Laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan        cantik kemudian dia mengatakan “Aku takut pada Allah”
Godaan karena nafsu syahwat adalah satu dari ujian yang sangat berat bagi orang muda, terutama pemuda. Walaupun tidak berarti pemudi tidak terkena ujian ini, namun kenyataan bahwa pemudalah yang paling banyak gagal menghadapi ujian nafsu ini. Karena itu Islam melarang seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya.
6.         Seseorang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui yang dilakukan tangan kanannya
Maksudnya adalah orang yang bersedekah secara diam-diam, tidak menyebut-nyebut kebaikannya dan tidak menuntut orang lain tahu kebaikan yang telah dilaksanakannya, dan tidak mengharapkan pujian manusia. Shadaqah yang ikhlas akan mendapat ganjaran yang tak terhingga.

Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan tidak menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Q.S. Al-Baqarah ayat 262)
7.         Seseorang yang mengingat Allah subhanahu wa ta'ala dalam kesunyian kemudian    dia menangis
Seseorang yang senantiasa berdzikir dan dekat pada Allah subhanahu wa ta'ala, juga seseorang yang menangis karena takut pada Allah subhanahu wa ta'ala di malam-malam yang sunyi dalam sholat tahajjudnya dan dalam dzikirnya. Dikatakan, ada dua jenis mata yang akan terlindung dari api neraka, yaitu mata yang terjaga di malam gelap dalam keadaan berjihad (perang) dengan musuh dan mata yang meneteskan air mata dalam shalat karena takut kepada Allah.

Kapal dalam Quran



"Kapal" dalam Al-Qur'an

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung." Q.S. Asy-Syuuraa ayat 32

"Tuhanmulah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari karunia-Nya. Sungguh, Dia Maha Penyayang terhadapmu." Q.S. Al-Israa' ayat 66

"Allah-lah yang menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan agar kamu bersyukur." Q.S. Al-Jaasiyah ayat 12

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira  dan agar kamu merasakan sebagian dari rahmat-Nya dan agar kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) agar kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur." Q.S. Ar-Ruum ayat 46

"Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur." Q.S. Luqmaan ayat 31

"Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan hewan ternak yang kamu tunggangi." Q.S. Az-Zukhruf ayat 12

"Dan Sungguh, kapal itu telah Kami jadikan sebagai tanda (pelajaran), maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" Q.S. Al-Qamar ayat 15