Dampak Dosa dan Maksiat
Allah subhanahu
wa ta'ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan muslim. (Q.S. Ali 'Imraan ayat 102)
Setiap kita
tentunya menginginkan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik tersebut akan
kita dapat jika kehidupan kita dinaungi keridhaan Allah subhanahu wa ta'ala. Kehidupan
yang baik didasari ketakwaan kepada Allah.
Untuk
mendapatkan kehidupan yang diridhai Allah subhanahu wa ta'ala perlu usaha dan
perjuangan. Karena tidak sedikit godaan, baik dari dalam diri maupun dari luar
yang bisa memalingkan kita dari upaya menggapai ridha Allah subhanahu wa ta'ala.
Tidak sedikit sarana-sarana yang bisa menggelincirkan kita berbuat dosa dan
maksiat. Dosa dan maksiat adalah sumber kesengsaraan hidup. Dosa dan maksiat
menjauhkan seseorang dari hidup penuh kebaikan dan kebahagiaan. Maka agar kita
bisa terhindar dari maksiat dan dosa, mari kita telusuri dampak dari kedua hal
tersebut.
Dampak dari
perbuatan dosa dan maksiat:
pertama rasa gundah dan gelisah. Dampak ini menurut ‘Aidh Al-Qarni seorang Ulama
Islam terkemuka merupakan dampak yang paling menonjol. Allah subhanahu wa
ta'ala berfirman:
Dan Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan
menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta. Dia berkata,
"Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan
aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?". Dia (Allah)
berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami dan
kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan." (Q.S. Taahaa ayat 124-126).
Rasa gelisah
menandakan hilangnya ketenangan jiwa. Kekayaan yang melimpah dan kekuasaan yang
luas tanpa ketenangan jiwa tidak ada artinya. Rasa gelisah bisa menghancurkan
kenikmatan-kenikmatan kasat mata.
Kedua, diantara
dampak dosa dan maksiat adalah terhalangnya rizki. Para Ulama membagi dampak
ini kepada dua bentuk, pertama terhalangnya turunnya rizki itu sendiri, kedua
terhalangnya keberkahan dari rizki yang turun. Perbuatan maksiat dan dosa bisa
membuat seseorang menjadi miskin dan berada dalam kesengsaraan. Dan bisa
menyebabkan tercabutnya keberkahan dari rizki yang ada, meskipun rizki datang
namun tidak ada keberkahan di dalamnya.
Benarlah apa
yang diungkapkan oleh Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibnu
Abbas radiallahu 'anhu: Bahwa kebaikan itu memberikan kecerahan pada wajah dan
cahaya di hati, kelapangan rizki, mahabbah (kecintaan) pada hati
makhluk. Dan kemaksiatan itu menyebabkan warna hitam (kegelapan) pada wajah dan
hati, kesempitan rizki dan kemarahan di hati makhluk.
Ketiga, maksiat dan dosa bisa menyebabkan lupa. Dikisahkan oleh Imam Ibnu
Taimiyah bahwa seorang fulan berkata bahwa: Ia pernah melihat sesuatu yang
haram, sehingga ada orang saleh yang menegurnya, apakah engkau tadi melihat
sesuatu yang haram (dilihat)?, sungguh engkau akan merasakan dampaknya meskipun
nanti pada waktu yang akan datang, kata orang saleh. Maka hafalan Al-Qur’an
akupun hilang ketika aku berumur lebih dari empat puluh tahun.
Imam Syafi’i
pernah mengadu kepada guru beliau Imam Waki’ lantaran lemahnya hafalan. Maka
Imam Waki’ berwasiat agar muridnya itu meninggalkan maksiat. Maka ketika Imam
Waki’ ditanya tentang resep yang paling jitu untuk menguatkan hafalan beliau
menjawab dengan: Demi Allah aku tidak mendapatkan resep yang paling ampuh untuk
hafalan dibanding meninggalkan maksiat.
Dampak yang keempat adalah timbulnya rasa marah
pada hati makhluk. Cinta dan murka yang ada pada diri makhluk pada dasarnya
datang dari Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu kita bisa memahami hadits
dalam kitab Shahih Bukhari: Apabila Allah subhanahu wa ta'ala cinta terhadap
seorang hamba, ia akan berkata kepada Jibril “Aku mencintai fulan”, maka
Jibrilpun ikut mencintainya. Maka Jibril menyampaikan kepada penduduk langit
bahwa Allah subhanahu wa ta'ala cinta kepada fulan maka cintailah ia, maka
mereka mencintai fulan tersebut, kemudian ditetapkan baginya rasa penerimaan di
Bumi. Dan apabila Allah subhanahu wa ta'ala murka kepada seorang fulan maka ia
akan berkata kepada Jibril bahwa ia murka terhadap seorang fulan, maka
Jibrilpun murka terhadapnya dan ia menyampaikan kepada Malaikat bahwa Allah subhanahu
wa ta'ala murka terhadap fulan maka merekapun murka kepadanya, kemudian
ditetapkan kemurkaan baginya di Bumi.
Selanjutnya,
dampak yang kelima dari melakukan
maksiat dan dosa adalah rasa keterasingan dan kesenjangan dari Allah subhanahu
wa ta'ala. Keterasingan ini menghilangkan kenikmatan dan kebahagiaan dalam
hidup. Harta dan anak tidak lagi menjadi nikmat. Kemapanan materi tidak bisa
mengalahkan besarnya derita yang ditimbulkan karena rasa keterasingan dari
Allah subhanahu wa ta'ala tersebut. Rasa keterasingan ini memiliki beberapa
dampak diantaranya:
- Hilangnya rasa percaya terhadap janji Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak yakin terhadap balasan kebaikan, surga, dan seterusnya. Ayat-ayat kabar gembira Al-Qur'an itu hanya berlalu tanpa membekas sedikitpun dalam dirinya karena memang ia tidak yakin dengan ayat-ayat tersebut.
- Tidak bisa husnuzhan terhadap Allah subhanahu wa ta'ala.
- Tidak mau menuduh dirinya bersalah karena memang seakan hubungannya sudah terputus dari Allah subhanahu wa ta'ala. Firman-firman Allah subhanahu wa ta'ala tidak membuatnya terpengaruh apalagi untuk introspeksi diri. Dan ini adalah diantara tanda munafik. Imam Hasan basri berkata: “Tidak takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala kecuali orang mukmin, dan tidak merasa aman dari siksa Allah subhanahu wa ta'ala kecuali orang munafik”
Dampak yang keenam adalah umur yang berlalu
sia-sia. Waktu yang sudah berlalu tidak bisa kembali dan tergantikan. Sayang
sekali jika kehidupan di dunia yang berlalu begitu cepat ini diisi dengan
kemaksiatan dan dosa.
Pada hari ketika mereka melihat hari kiamat itu (karena suasananya hebat),
mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (Q.S. An-Naazi’aat ayat 46)
Batapa merugi
orang yang mengisi waktu dan umurnya di dunia ini dengan dosa dan maksiat.
Padahal dunia adalah tempat dimana Muslim mengumpulkan bekal untuk menuju
Akhirat.
Dampak yang
selanjutnya adalah adzab di Akhirat. Siksaan di Ahirat sangat pedih. Siapa yang
ingin dibebaskan dari Neraka maka hendaknya ia meninggalkan jauh-jauh
kemaksiatan dan dosa. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh, Engkau telah menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi
orang yang zalim. (Q.S. Ali 'Imraan ayat 192).
Dan siapa yang
selamat dari Neraka maka sungguh ia telah beruntung. Allah subhanahu wa ta' ala
berfirman:
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat
sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan
dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Q.S. Ali 'Imraan ayat 185)